08 May, 2012

Lima Diabaikan, Lima Kerugian


Subhanallah, ternyata Islam diciptakan dalam poros keseimbangan yang luar biasa. Banyak bukti dan contoh yang bisa menjadi saksi. Salah satunya hadits di bawah ini. "Barang siapa mengabaikan lima golongan, maka ia akan mengalami lima kerugian." (HR. Muslim) Mau tahu lima golongan itu?


Ulama
Barang siapa yang meninggalkan ulama, maka manusia akan mengalami kerugian dalam sisi agama. Secara sederhana bisa dengan mudah kita pahami. Saat ramadhan datang misalnya, tanpa peran ulama yang menjelaskan berbagai fadhilah dan keutamaan bulan Ramadhan, niscaya tak banyak pahala yang kita dapatkan. Saat kita akan menunaikan ibadah ke tanah suci. Tanpa peran ulama, kebingungan dan berbagai tuntutan pasti tak akan terpegang. Atau hal kecil saja, tanpa peran ulama, kita tak pernah tahu bahwa memberi senyum pada saudara adalah pahala.



Pemerintah 
Golongan kedua yang disebut dalam hadits di atas adalah umara yang berarti pemerintah. Boleh percaya boleh tidak, mengabai pemerintah sama artinya dengan kerugian pada sisi dunia. Tak usah susah-susah mencari contohnya. Ketika kita tak mempunyai KTP saja dan tiba-tiba ada razia tentu akan kelabakan dan kesulitan-kesulitan lain akan muncul. Saat ada tak mematuhi peratusan lalu lintas misalnya, kekacauan akan segera menyergap kita. Pendeknya, saat kita memandang sebelah mata pada pemerintah kita akan kehilangan nikmatnya dunia. Tapi bukan berarti oportunis lho.


Tetangga
Tetangga menjadi urutan ketiga dalam hadits tersebut. Barang siapa mengabaikan tetangga ia akan mengalami kerugian nikmat dari manfaatnya, demikian sabda Rasulullah. Mau bukti? Boleh. Sebut saja, suatu hari Anda terserang penyakit yang lumayan parah. Sangat kecil kemungkinan keluarga Anda yang datang dan menengok untuk memberikan pertolongan pertama kali. Tetangga lah yang menjadi ujung dalam hal ini, tentu saja dengan syarat. Apabila kita baik dengan sesama.

Sahabat
Urutan keempat yang disebutkan Rasulullah adalah sahabat. Barang siapa mengabaikan sahabat, ia tidak akan merasakan nikmatnya rasa cinta. Tentu saja cinta yang dimaksud dalam hadits ini adalah cinta persahabatan. Percayalah tanpa sahabat, hidup kita akan terasa hambar. Tak ada orang yang mau mendengar curhat kita, tak ada orang yang bisa diajak berbagai tentang soal-soal yang tak ingin Anda bagi dengan istri atau keluarga. Percayalah, sahabat ibarat sebuah telaga yang menyejukkan kita ditengah dahaga.

Keluarga
Barang siapa mengabaikan keluarga, ia tidak akan merasakan betapa manis hidup ini. Hadits di atas bukan isapan jempol atau asal bicara saja. Coba Anda merenung jadi apa kita tanpa keluarga. Keluarga sama dengan rumah tangga, tempat kita berawal dan memulai setiap langkah. Tempat kita menumpu harap, menyusun rencana. Tempat kita menetapkan jarak yang harus ditempuh dan merasakan nikmatnya hari. Kalau mau jujur, orang-orang yang mengkhianati istri atau suaminya dia akan merasa terhantui perasaan bersalah atau curiga. Ia takut suatu hari perbuatan serongnya terbongkar, ia takut pasangan selingkuhnya ternyata berselingkuh lagi. Ya seperti multi level marketing, satu dosa akan memancing dosa lainnya. Tapi jika Anda tak merasa risau dengan dosa, hati-hati, jangan-jangan sudah tertutup pintu hati!


sumber :
EraMuslim.com

2 comments:

  1. pengen follow, ga ada tombolnya :"<

    ReplyDelete
    Replies
    1. maav mas.. blog nya masih tahap pengembangan... makasih saran nya mas...

      Delete